“ Ada satu hal yang sangat dekat namun sering kali luput dari perhatian kita”
Pertemuan pertama mata kuliah Bahasa Indonesia semester 2. Dosen kami memulainya dengan memberikan pernyataan yang sejenak membisukan seisi kelas. Setelah memberi kami waktu untuk mencerna, dengan nada yang hangat beliau melanjutkan dengan pertanyaan ” Coba kalian pikirkan hal apa yang saya maksud?”.
Aku mengirim sinyal ke otakku untuk berfikir mencari jawaban yang logis tentang sesuatu itu. Beberapa temanku memberi asumsi kurang tepat, beliau tersenyum setelah melihat sorot mata kami yang menyerah dengan lembut berkata ” Hal yang sangat dekat dengan kita, namun sering kali luput dari perhatian kita adalah perhatian itu sendiri”.
Hatiku menggeliat mendengarnya, “Ya....” Pikiranku memihak. Perhatian yang mungkin selama ini terabaikan dari pribadi-pribadi yang sibuk pada hubungan yang mulai usang. Perhatian yang sering kali tanpa disadari terlambat untuk diberikan, hingga habis sisa kesempatan. Tak jarang kita menuntut banyak perhatian dari sekeliling kita tanpa banyak memberi untuk menyeimbanginya. Padahal perhatian yang tepat akan memberikan kesan mendalam yang mungkin bisa mengisi ruang-ruang kosong dialbum kenangan hati seseorang.
Salah satu apresiasiku dalam berbagi perhatian pada orang lain terinspirasi dari sebuah buku berjudul how to win friends and influence people karya Dale Carnegie yang dihadiahkan om ku 4 th lalu, buku itu membuatku mengerti bahwa setiap individu –termasuk aku sendiri– membutuhkan penghargaan dan perhatian lebih besar dari apa yang diberikan pada orang lain. Hal kecil yang bisa kulakukan adalah dengan tidak melupakan hari ulang tahun teman-teman dan rekan kerjaku. Mungkin alasan lain adalah karena aku pribadi menganggap penting hari tersebut. Meski biasanya tak selalu ada perayaan, tapi aku menyempatkan memberi hadiah untuk diriku sendiri sebagai penghargaan dan rasa terimakasih pada jiwa dan jasadku yang telah beriringan melangkah dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Secara nyata mungkin hari itu adalah tanggal simbolik berkurangnya jatah usia kehidupan kita setiap tahunnya, namun aku tak bisa membohongi diri dengan tidak merasa bahagia bila ada seseorang yang menjabat tanganku meski tanpa hadiah sekecil apapun dan hanya mengucapkan “Selamat ulang tahun”.
Aku merasa agak konyol dan khawatir dengan respon yang akan kuterima pada mulanya. Namun pada saat yang bersamaan justru merasa penasaran dan berfikir ingin menganggap bahwa aku melakukannya untuk diriku sendiri, bukan untuk siapapun. Setelah mendapat data kelahiran teman-temanku, aku menyimpannya kedalam kalender handphone dan mengatur alarm pengingat agar otomatis berbunyi pukul 08.00 wib pada tanggal-tanggal tertentu.
Tanggapan yang muncul cukup menggelitik. Banyak hal yang berkesan, terutama saat Project Manager ditempatku bekerja dengan haru mengucapkan terimakasih dan mengatakan bahwa aku satu-satunya orang dikantor kami yang mengingat hari kelahirannya. Seorang rekan di Divisi Purchasing dengan perawakan big size dan bersuara 1 oktaf lebih tinggi dariku, berterimakasih lewat sepotong kue tart yang diantarnya sendiri untukku, aku sangat menghargai sikapnya karena sebenarnya kami tak terlalu dekat dan cenderung berjarak. Bahkan Presiden Direktur bersedia menyempatkan diri membalas pesan singkatku untuk beliau dengan kata-kata penyemangat dan terimakasih disela-sela libur natalnya. Tak ada tindakan tanpa resiko, selain haru ada juga peristiwa memalukan saat aku ternyata mengucapkan selamat ulang tahun via sms satu bulan lebih cepat dari tanggal seharusnya, untung Coordinator Sitac Administration tersebut menanggapiku dengan positif dan membuat kami tertawa membahas kelucuan itu saat kemudian kami bertemu. Kejadian serupa terjadi di bulan november lalu saat alarm dihandphoneku berbunyi menampilkan “Birthday bu ayu” salah satu teman kantorku yang saat itu sedang cuti panjang, aku segera mengetik pesan dan memencet tombol sending ke nomor pribadinya. Mulanya dia berterimakasih tapi kemudian dia menelphonku dan berkata ”Dek uthee...sapa yang ulang tahunn???” gubraak...seketika aku merasa ada bantal raksasa yang mendarat berdebum dikepalaku, namun kemudian kami tertawa terbahak-bahak dan aku menemukan fakta bahwa data yang kudapat dari dokumen di HRD ternyata memang tidak sesuai dengan data seharusnya. Tak semuanya sempat membalas pesan yang kukirimkan untuk mereka, seperti kak Mika yang sebenarnya cukup dekat karena kamar kost kami berdempetan, ternyata tak memberikan respon apapun padaku. Apa aku kecewa? Jawaban jujurku adalah ya. Berfikir sejenak membuatku mengerti bahwa yang terpenting adalah berbagi doa untuknya bukan malah mengharapkan pamrih atas sikapku.
Aku tak pernah buru-buru menghapus no pribadi teman-teman yang resign dan memilih bergabung dengan perusahaan lain. Akan sangat menyenangkan, kawan lama kita yang mungkin hampir telupakan, tiba-tiba ikut bergabung dalam suka cita kita meski tak secara langsung, itu yang ingin kulakukan untuk mereka. Hal itu pula lah yang memberiku presepsi baru, bahwa hal yang tulus meskipun begitu kecil kadang sanggup membawa kesan besar dan memupuk hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Selalu banyak hal untuk mengekspresikan sesuatu, tak harus menunggu moment tertentu sekecil apapun perhatian itu pada siapapun. Ini adalah secuil pengalamanku, yang mungkin kurang lengkap dinikmati tanpa pengembangan pemikiran pembaca. Jadi mulai sekarang ekspresikanlah perhatianmu pada orang lain dengan cara yang kau bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar